Dan detik-detik berlalu, meninggalkan
tapak-tapak yang bertanda. Masa yang berjalan berlalu tanpa sempat tertahan. Aku
menoleh melihat apa yang ada, yang hitam kelam, yang merah berdarah, yang putih
bersih, semuanya tertinggal jauh. Aku berdiri, di sini, di suatu tempat, di
suatu ketika, ada waktu, ada ketika, ada saat, aku ingin berpaling melihat,
apakah yang pernah terjadi, apakah yang pernah berlaku, apakah yang telah
tercoret.
Pada setiap tangisan yang tercurah, pada
setiap deraian yang pernah mengalir, pada setiap titis yang pernah di tagih,
aku kembali mengenang saat kepedihan itu, aku mengenang saat kesakitan itu, aku
mengenang saat kedukaan itu, aku mengenang saat kelukaan itu. Hati yang
tercarik, hati yang tersayat, hati yang tercorek, hati yang terobek, mungkinkah
makin terubat bersama edaran waktu itu, walau tak mungkin sepenuhnya, tapi jua
cukuplah tak menumpahkan darahnya yang merah, panas dan menyakitkan.
Aku yang berdiri gagah kini, siapa yang
tahu dulu, aku yang berdiri teguh kini, siapa yang tahu dulu, aku yang berdiri
megah kini, siapa yang tahu dulu, pernah terluka parah, pernah menangis pasrah,
pernah jatuh tersungkur sakit. Yang berdiri di sini bersama harapan, yang
berdiri di sini bersama kekuatan, yang berdiri di sini bersama cita-cita. Tak ingin
disakiti, tak ingin dilukai, maka sendiri itu pasti. Terasing di daerah
sendiri, jauh dari mereka yang pernah melukai, dari mereka yang menyakiti.
No comments:
Post a Comment